“Dok…orang tua saya sudah pikun tapi sekarang ini banyak perilaku nya yang mengkhawatirkan, seperti sering keluyuran, curiga pada suami, dan marah-marah.” Terdapat suatu pendapat di masyarakat yang cenderung memaklumi bahwa kepikunan adalah suatu hal yang lumrah. Setelah muncul gejala psikologis dan perilaku yang lebih berat, baru pasien dibawa berobat. Hal ini menyebabkan terjadinya keterlambatan penanganan pasien dengan kepikunan atau di medis disebut dengan demensia.
Usia tua adalah bagian dari periode kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari. Menjadi tua berarti bertambahnya umur dan mulai berkurangnya fungsi tubuh dan fungsi sosial. Tetapi menjadi tua tidak berarti harus menjadi sakit dan pikun. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk menjadi orang lanjut usia yang sehat. Setiap kita pasti pernah menyaksikan seorang yang sudah lanjut usia menjadi pikun, lupa menaruh barang sehingga menjadi marah karena menganggap ada orang yang menyembunyikan barang yang dicarinya, atau juga sulit untuk mengingat nama orang-orang yang sebenarnya dikenalnya. Bahkan yang paling berat bisa saja orang tua tersebut sulit untuk mengenali benda-benda sekitarnya dan kesulitan mengurus dirinya sendiri.
Demensia / pikun bukan merupakan bagian wajar dari proses menua. Dengan mengetahui gejala dan melakukan penatalaksanaan yang tepat, demensia/pikun dapat dicegah, dihambat, dan disembuhkan sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Keberhasilan di bidang kesehatan meningkatkan usia harapan hidup. Dengan demikian jumlah lansia ( >60tahun) juga akan semakin meningkat jumlahnya. Peningkatan jumlah lansia ini membawa dampak di bidang kesehatan sehingga pola penyakit akan bergeser ke arah penyakit yang berhubungan dengan proses degeneratif otak di antaranya demensia yang di Indonesia popular dengan sebutan pikun. Keberadaan orang tua yang pikun akan menjadi masalah yang besar terutama dalam perawatan karena penderita ini membutuhkan perawatan paripurna sepanjang hari, hal ini disebabkan pada penderita terjadi gangguan kognitif dan perilaku yang akan memberikan gangguan pada aktivitas harian dan fungsi sosialnya. Selain akan menguras tenaga dan biaya untuk perawatannya juga menimbulkan stress pada seluruh anggota keluarga.
Demensia dibagi menjadi demensia alzheimer yang ditandai dengan penurunan fungsi otak yang perlahan dan bertahap, ada juga demensia vaskular yang ditandai dengan penurunan yang cepat dan mendadak dari fungsi otak, dan demensia lainnya. Demensia bila dikenal secara dini dan mendapat penatalaksanaan yang tepat dapat dicegah, dihambat progresifitasnya bahkan disembuhkan pada beberapa keadaan sehingga penderita dapat mempertahankan kualitas hidupnya. Berikut ini adalah gejala-gejala demensia :
- Mudah menjadi lupa terutama untuk hal yang baru
- Gangguan komunikasi terutama verbal dalam komprehensi, kosa kata, dan keterlambatan mengingat kembali kata yang harus diucapkan
- Kesulitan dalam melakukan aktivitas harian yang sederhana
- Kesulitan mengenali tempat dan waktu
- Penampilan yang memburuk terutama karena tidak memperhatikan kebersihan diri dan berpakaia tidak serasi
- Kesulitan dalam melakukan penghitu ngan sederhana
- Salah meletakkan barang dan curiga seseorang telah mencurinya
- Perubahan perasaan dan perilaku sehingga sering murung, marah-marah, keluyuran, gelisah sampai agresif
- Perubahan kepribadian
- Hilang minat dan inisiatif
Orang tua yang memiliki gejala-gejala di atas perlu segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan gejala demensia yang dialaminya. Penanganan yang kemudian diberikan pada orang tua yang mengalami demensia antara lain adalah :
- Obat-obatan : beberapa obat seperti Donapezil HCl, Rivastigmin dapat menghambat dan memperbaiki demensia yang terjadi
- Mengatur pola hidup yang sehat : makan makanan bergizi yang sehat, perbanyak makan sayur dan buah, olah raga yang teratur, tidur yang cukup, cara berpikir yang positif dan rasional
- Melakukan beberapa tips berikut ini :
Tips merawat daya ingat :
- olah raga atau relaksasi teratur (jalan santai, senam jantung/pernapasan, tenis, yoga, meditasi, tai-chi, dll)
- makan makanan kaya omega 3, antioksidan, serat, biji2an/karbohidrat kompleks
- sosialisasi (arisan, organisasi RT, perkumpulan keagamaan, dll)
- membaca (buku, koran)
- asah otak (TTS, scrabble, catur, kartu)
- belajar hal baru (bahasa, menjahit/merajut)
Tips membantu daya ingat :
- buat jembatan keledai (kata kunci, asosiasi nama-wajah)
- selalu letakkan barang (kunci, kacamata) pada satu tempat
- beri tanda di kalender/agenda atau buat catatan yang ditempel di tempat yang sering dilewati (pintu, kulkas) untuk mengingat apa yang akan dilakukan
- sering mengulang dalam hati hal yang ingin diingat
Demensia/kepikunan bukan suatu hal yang lumrah dan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius. Jadi jangan maklum dengan pikun! Salam sehat jiwa.
Oleh :
Dr. Lahargo Kembaren, SpKJ (psikiater)
Kepala SMF Psikiatri RS.Marzoeki Mahdi Bogor
http://www.lahargokembaren.com/2014/10/jangan-maklum-dengan-pikun.html